Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup yang bersifat terwariskan (heritable). Mutasi juga dapat diartikan sebagai perubahan struktural atau komposisi genom suatu jasad yang dapat terjadi karena faktor luar (mutagen) atau karena kesalahan replikasi.
Peristiwa terjadinya mutasi disebut mutagenesis. Makhluk hidup yang mengalami mutasi disebut mutan dan factor penyebab mutasi disebut mutagen (mutagenic agent). Perubahan urutan nukleotida yang menyebabkan protein yang dihasilkan tidak dapat berfungsi baik dalam sel dan sel tidak mampu mentolerir inaktifnya protein tersebut, maka akan menyebabkan kematian (lethal mutation).
A. Jenis-Jenis Mutasi.
Macam Mutasi Berdasarkan Penyebabnya Berdasarkan mekanisme terjadinya, ada dua macam mutasi, yaitu mutasi alami dan mutasi buatan. Secara umum, mutasi merupakan perubahan pada suatu individu yang berlangsung secara spontan. Namun, dalam kenyataannya, beberapa individu mengalami mutasi karena pengaruh kondisi atau agen-agen tertentu yang terdapat dalam lingkungan. Suatu kondisi atau agen-agen tertentu yang menyebabkan terjadinya mutasi disebut mutagen.
Mutasi berdasarkan Penyebabnya
1. Mutasi Alami (Spontan)
Mutasi alami disebut juga
mutasi spontan (spontaneous mutation), terjadi dengan sendirinya tanpa
diketahui penyebabnya secara pasti. Para ahli genetika meyakini adanya beberapa
penyebab mutasi alami pada suatu organisme, antara lain:
a) Radiasi sinar ultraviolet,
b) Radiasi sinar kosmik dari
angkasa,
c) Zat-zat radioaktif yang
masuk ke dalam tubuh,
d) Kesalahan pada proses
replikasi DNA.
2. Mutasi Buatan (Induksi)
Mutasi buatan disebut juga
mutasi terinduksi (induced mutation), yaitu terjadinya mutasi karena disengaja
oleh manusia. Mutagen yang digunakan pada mutasi buatan ini, yaitu: senyawa
kimia yang dapat bereaksi dengan molekul DNA, radiasi sinar ultraviolet,
radiasi mengion oleh sinar, dan sinar yang dipancarkan oleh isotop radioaktif
dari elemen tertentu, serta penyisipan molekul DNA (rekayasa genetika).
Nah,
untuk mengetahui bagaimana mutagen-mutagen tersebut dapat menyebabkan mutasi
pada suatu organisme, simak uraian berikut.
a) Senyawa kimia
Beberapa senyawa kimia
yang telah diketahui mempunyai pengaruh cukup besar sebagai mutagen, antara
lain:
1) Berbagai macam basa dan
turunannya Berbagai macam basa dan turunannya dapat bergabung dengan molekul
DNA pada saat proses replikasi berlangsung. Beberapa jenis di antaranya dapat
meningkatkan frekuensi kesalahan penyusunan substansi DNA yang menyebabkan
terjadinya mutasi, seperti: 5-bromo urasil yang dapat menyebabkan terjadinya
transisi.
2)
Asam
nitrat (HNO2) Asam nitrat merupakan mutagen yang berpengaruh, baik secara
langsung maupun tidak langsung pada proses replikasi maupun nonreplikasi DNA.
Pengaruhnya terjadi melalui proses deaminasi oksidatif, yaitu lepasnya gugus
amin (NH2) dari basa nitrogen penyusun asam amino (adenin, sitosin, timin, dan dan
guanin). Selain itu,
HNO2 mudah bereaksi dengan adenin sehingga akan menghasilkan senyawa yang
disebut hypoxantin.
3)
Senyawa
alkil dan hidroksi
Beberapa contoh senyawa alkil dan hidroksil seperti nitrogen, mustard belerang, metal, nitrosoguanidin, dan etil metanosulfonat (MMS dan EMS) dapat menyebabkan terjadinya mutasi frame shift.
b) Radiasi sinar
ultraviolet
Semua telah mengakui bahwa matahari merupakan sumber energi bagi seluruh kehidupan. Tetapi, tahukah kalian dibalik kegunaannya itu? Sinar matahari ternyata menyimpan bahaya yang sangat menakutkan. Selain mengakibatkan mutasi alami, radiasi sinar UV dapat menyebabkan mutasi buatan. Radiasi sinar UV yang berasal dari pancaran sinar matahari merupakan mutagen yang kurang reaktif dan hanya dapat diabsorpsi oleh substansi DNA tertentu, seperti purin dan pirimidin (terutama timin). Karena energinya yang relatif lemah, maka radiasi sinar UV hanya dapat menembus jaringan tertentu saja, terutama jaringan-jaringan yang berada di bagian permukaan seperti jaringan kulit (integumen). Meskipun energinya relatif rendah, tetapi radiasi sinar UV merupakan mutagen yang potensial. Radiasi sinar UV secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan kanker kulit (Xeroderma).
c) Radiasi
mengion
Beberapa mutagen yang sangat reaktif, berasal dari spectrum elektromagnetik. Spektrum tersebut terdiri dari sinar-sinar dengan panjang gelombang yang sangat pendek (di bawah 0,1 μm). Contohnya: sinar ẍ, sinar ά, sinar ß, dan sinar ƴ. Sinar-sinar tersebut juga berenergi cukup tinggi dibandingkan energi sinar UV. Oleh karena itu, sinar sinar tersebut mampu menembus jaringan tubuh lebih dalam dibanding sinar UV. Radiasi mengion oleh sinar-sinar dengan gelombang pendek, terbukti dapat menyebabkan mutasi. Berdasarkan hasil penelitian H. J. Muller terhadap Drosophila melanogaster, beberapa perlakuan menggunakan radiasi sinar X dapat menyebabkan kematian (letal) pada Drosophila melanogaster.
d) Penyisipan
molekul DNA (Rekayasa genetika)
Beberapa mekanisme untuk menyusun atau merombak molekul DNA (termasuk mutasi buatan), biasanya diterapkan pada organisme uniseluler, seperti Escherichia coli. Rekayasa genetika banyak diterapkan di bidang bioteknologi untuk menghasilkan berbagai produk, seperti macam-macam hormon, enzim, dan vaksin.
Macam Mutasi Berdasarkan Letak Sel yang mengalami mutasi
Berdasarkan jenis sel yang mengalami mutasi, mutasi dibedakan menjadi mutasi somatik dan mutasi gametik.
1. Mutasi Somatik
Mutasi somatik adalah mutasi yang terjadi di dalam sel-sel somatik (sel tubuh). Dengan demikian, perubahan pada mutan hasil mutasi somatic hanya akan diturunkan dalam sel somatik saja. Contoh: buah apel delicious dan jeruk Washington navel dan apel delicius.Macam Mutasi Berdasarkan Tempat Terjadinya
Berdasarkan tempat terjadinya, mutasi dibedakan menjadi dua, yaitu mutasi gen dan mutasi kromosom.
1. Mutasi Gen
(Point Mutation)
Perubahan struktur DNA (gen) yang terjadi pada lokus tunggal kromosom dinamakan
mutasi gen atau point mutation. Telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya bahwa
fenotip pada suatu organisme ditentukan oleh susunan nukleotida dalam molekul
DNA. Perubahan pada satu atau lebih nukleotida dapat menyebabkan kesalahan
pembentukan asam amino yang akan membentuk protein (enzim).
Mutasi tidak selalu diwariskan kepada keturunan. Bila mutasi gen terjadi
pada sel-sel somatis (sel tubuh) maka perubahan fenotip yang terjadi tidak diturunkan
pada generasi berikutnya. Hanya mutasi gen pada sel-sel kelamin (gamet) saja
yang perubahan fenotipnya diwariskan kepada keturunan. Kita dapat membuat
perumpamaan untuk dapat memahami adanya mutasi gen. Anggaplah tiap-tiap
nukleotida itu sebagai huruf-huruf dalam alfabet. Huruf-huruf tersebut akan
menjadi satu kelompok sebagai mesin kimia sel yang berfungsi menginstruksikan
untuk membuat protein khusus. Satu per satu huruf akan tersusun dan membuat
suatu kata yang mempunyai arti khusus. Jika terjadi kesalahan penyusunan
huruf-huruf, misalnya terbalik susunannya atau hilang salah satu hurufnya maka
kata tersebut tidak dapat diartikan lagi atau memiliki arti lain (tak sesuai
dengan yang diharapkan).
Dalam keadaan tersebut, sel tidak dapat membentuk protein karena
informasi tidak jelas atau membentuk protein lain. Dalam kasus yang lain,
perubahan gen menimbulkan informasi khusus yang baru. Selanjutnya, akan
dibentuk protein sesuai dengan instruksi yang baru tersebut. Protein yang
terbentuk setelah sel mengalami mutasi gen berbeda dengan protein pada sel
normal.
Mutasi gen dapat terjadi karena hal-hal berikut.
a) Duplikasi, yaitu terjadi pengulangan sebagian rantai nukleotida.
b) Adisi
(insersi), yaitu terjadi penambahan atau penyisipan nukleotida dalam rantai.
c) Delesi, yaitu
hilangnya sebagian nukleotida dalam rantai.
https://yanuaritablog.files.wordpress.com/2018/03/delesi.png?w=343&h=191
d) Inversi,
yaitu sebagian nukleotida terpisah dan bergabung lagi dengan posisi terbalik.
https://yanuaritablog.files.wordpress.com/2018/03/insesri.png?w=465&h=259
Adanya penambahan atau pengurangan satu atau beberapa pasangan basa sehingga terjadi kesalahan dalam pembacaan kerangka kodon.penambahan dan pengurangan basa nitrogen mengakibatkan terjadinya mutasi bingkai (frameshift mutation).
https://yanuaritablog.files.wordpress.com/2018/03/frameshift.png?w=411&h=229
e) Substitusi,
yaitu Mutasi yang terjadi jika satu basa digantikan dengan satu basa lain atau salah
satu dari nukleotida diganti dengan nukleotida lain yang mempunyai basa
nitrogen yang berbeda
Bila
pertukaran terjadi antar pasangan basa nitrogen purin digantikan dengan basa purin lainnya atau basa pirimidin diganti pirimidin disebut transisi. Misalnya G digantikan A. Bila
pertukaran terjadi antar pasangan basa nitrogen purin digantikan pirimidin
disebut transversi. Misalnya A
digantikan T.
https://64.media.tumblr.com/cbeee58050f472c673b6ad0a1dbdae9e/tumblr_inline_nniut5TvBL1t9bcku_1280.jpg
Mutasi karena
peristiwa substitusi basa nitrogen dapat
menyebabkan terjadinya :
· Mutasi diam
(silent mutation): tejadi perubahan kodon (triplet) dari kode basa N
asam amino tetapi tidak mengakibatkan kesalahan pembentukan protein, misalnya
GCC diganti GCG yang sama-sama kode dari, (
· Mutasi salah
arti (Missense mutation ): terjadi perubahan kodon (triplet) dari kode basa N
asam amino yang mengakibatkan kesalahan pembentukan protein. Terbentuk asam
amino atau protein baru yang sangat berbeda dengan aslinya. , Misalnya CAT
diganti CCT dimana Asam Amino His digantikan Pro.
· Mutasi non
sense mutation: terjadi perubahan kodon sehingga terbentuk stop
kodon, dan proses pembentukan protein terhenti. Menghasilkan fenotip mutan.
https://yanuaritablog.files.wordpress.com/2018/03/nonsense.png?w=370&h=206
perbandingan mutasi dapat kalian lihat pada gambar berikut!
https://www.sridianti.com/wp-content/uploads/2013/10/contohmutasititik.png
2. Mutasi
Kromosom
Mutasi kromosom merupakan perubahan kromosom sehingga menimbulkan
perubahan sifat yang diturunkan pada generasi berikutnya. Sebagian besar mutasi
kromosom disebabkan oleh kesalahan pada proses meiosis, misalnya terjadi pindah
silang atau tautan. Mutasi kromosom dapat dibedakan sebagai berikut:
- Perubahan
Struktur Kromosom
Beberapa
penyebab terjadinya perubahan struktur kromosom, antara lain:
1) Delesi atau
Defisiensi
Delesi atau
defisiensi merupakan peristiwa hilangnya sebagian kromosom normal karena
patahnya kromosom. Potongan kromosom yang tidak memiliki sentromer (kromosom
asentris), gen-gennya tidak berfungsi selama tahap anafase dan tertinggal pada
bidang ekuatorial sel. Semakin lama, potongan kromosom tersebut akan hilang dan
larut dalam plasma. Berdasarkan letak terjadinya patahan kromosom, delesi
dibedakan menjadi:
·
Delesi interkalar, jika terdapat dua patahan di bagian
ujung kromosom.
·
Delesi terminal, jika terdapat satu patahan di bagian
ujung kromosom. Delesi ini lebih sering dijumpai dibanding delesi interkalar.
Pada manusia, delesi terminal pada pasangan kromosom ke-5 menyebabkan sindrom
yang disebut Cri-duChat di mana suara tangisannya mirip dengan suara kucing.
2) Duplikasi
Duplikasi
adalah penambahan bagian kromosom pada kromosom normal, sehingga dalam satu
kromosom sel terdapat dua atau lebih bagian yang sama. Kromosom normal telah
mengadakan replikasi (pembelahan) terlebih dahulu, kemudian mengalami patah di
dua tempat. Salah satu patahan kromosom pindah dan menyambung kromosom pasangan
replikasinya. Akibatnya, proses duplikasi tersebut disertai dengan terbentuknya
kromosom yang mengalami delesi
3) Inversi Inversi
adalah patahnya kromosom di dua tempat yang diikuti oleh penyisipan kembali
gen-gen tetapi dengan urutan yang terbalik. Oleh karena itu, inversi dapat
menyebabkan gangguan pada sintesis protein. Berdasarkan letak dua bagian yang
patah pada kromosom, ada dua tipe inversi, yaitu:
·
Inversi parasentris, terjadi karena dua bagian yang
patah terletak pada satu lengan dari sebuah kromosom (tidak dipisahkan oleh
sentromer).
·
Inversi perisentris, terjadi karena dua bagian yang
patah masing-masing terletak pada lengan kromosom yang berlainan (melewati
sentromer, karena sentromer terletak diantara bagian patahan).
4) Translokasi
Translokasi
merupakan pindahnya potongan dari sebuah kromosom ke potongan kromosom lain
yang bukan homolognya.
Ada 3 tipe
translokasi, yaitu:
§ Translokasi
tunggal, terjadi pematahan tunggal pada satu kromosom, kemudian bagian yang
patah (satu tempat) pindah dan bersambungan dengan ujung potongan kromosom
lain.
§ Translokasi
perpindahan, yaitu potongan bagian tengah (patah di 2 tempat) dari kromosom
disisipkan ke tempat patahnya kromosom lain.
§ Translokasi
resiprok, terjadi satu pematahan pada dua kromosom non homolog, kemudian bagian
yang patah saling bertukar.
§ Translokasi
Robertson, yaitu peristiwa mereduksi dan bertambahnya kromosom yang pertama
kali diajukan oleh William. R. Robertson. Translokasi Robertson meliputi fusi romosom
dan fisi atau disosiasi kromosom. Fusi kromosomterjadi apabila 2 kromosom non
homolog bergabung menjadi satu. Fisi atau disosiasi kromosom terjadi apabila
suatu kromosom membelah menjadi dua.
- Perubahan
Jumlah Kromosom
Dalam keadaan
normal, jumlah kromosom yang dimiliki individu adalah stabil. Akan tetapi,
adanya penyimpangan seperti peristiwa nondisjunction atau induksi yang sengaja
diperlakukan menyebabkan jumlah kromosom dapat berubah. Perubahan jumlah
kromosom
meliputi:
1) Perubahan Set
Kromosom (Eupoliploidi).
Pada umumnya makhluk hidup mempunyai 2n kromosom (diploid).
Kadang-kadang inti sel suatu organisme mengalami kesalahan dalam proses
pembelahan sehingga mengalami perubahan jumlah kromosom di dalam inti sel,
misalnya menjadi 3n (triploid), 4n (tetraploid), dan seterusnya. Organisme yang
mempunyai jumlah kromosom lebih dari 2n dinamakan poliploidi. Poliploidi dapat
terjadi karena pada waktu sel menduplikasi DNA-nya tidak dilanjutkan dengan
pembelahan sel. Poliploidi umumnya terjadi pada tumbuh-tumbuhan, sedangkan pada
hewan sangat jarang karena bersifat letal. Poliploidi dapat terjadi melalui berbagai
cara, diantaranya melalui perkawinan ataupun perlakuan zat kimia. Perkawinan
antara dua gamet yang mempunyai jumlah kromosom berbeda, dapat menghasilkan
zigot yang jumlah kromosomnya merupakan gabungan dari jumlah kromosom kedua
gamet tersebut. Misalnya saja, gamet jantan dihasilkan dari individu 4n dan
gamet betina dari individu 2n. Gamet jantan bersifat 2n dan gamet betina bersifat
n. Jika kedua gamet tersebut bergabung maka zigot yang terbentuk dapat bersifat
3n. Organisme triploid umumnya bersifat steril. Organisme tersebut hanya dapat
diperbanyak secara aseksual. Tipe penggandaan set kromosom dari hasil penyatuan
gamet dinamakan allopoliploidi. Tipe penggandaan set kromosom yang lain yaitu
autopoliploidi. Tipe penggandaan ini bukan merupakan hasil penyatuan gamet dari
dua individu, tetapi merupakan penggandaan set kromosom individu.
Autopoliploidi dapat dipacu dengan zat kimia, misalnya kolkisin. Pemberian kolkisin
pada tanaman menyebabkan penggandaan set kromosom pada suatu individu, misalnya
dari 2n menjadi 3n, 4n, 5n, dan seterusnya.
2) Perubahan
Jumlah Kromosom
Dalam keadaan
normal, jumlah kromosom yang dimiliki individu adalah stabil. Akan tetapi,
adanya penyimpangan seperti peristiwa nondisjunction atau induksi yang sengaja
diperlakukan menyebabkan jumlah kromosom dapat berubah. Perubahan jumlah
kromosom
meliputi:
a) Perubahan Set
Kromosom (Eupoliploidi)
Pada umumnya makhluk hidup mempunyai 2n kromosom (diploid).
Kadang-kadang inti sel suatu organisme mengalami kesalahan dalam proses
pembelahan sehingga mengalami perubahan jumlah kromosom di dalam inti sel,
misalnya menjadi 3n (triploid), 4n (tetraploid), dan seterusnya. Organisme yang
mempunyai jumlah kromosom lebih dari 2n dinamakan poliploidi. Poliploidi dapat
terjadi karena pada waktu sel menduplikasi DNA-nya tidak dilanjutkan dengan
pembelahan sel.
Poliploidi umumnya terjadi pada tumbuh-tumbuhan, sedangkan pada hewan
sangat jarang karena bersifat letal. Poliploidi dapat terjadi melalui berbagai
cara, diantaranya melalui perkawinan ataupun perlakuan zat kimia. Perkawinan
antara dua gamet yang mempunyai jumlah kromosom berbeda, dapat menghasilkan
zigot yang jumlah kromosomnya merupakan gabungan dari jumlah kromosom kedua
gamet tersebut. Misalnya saja, gamet jantan dihasilkan dari individu 4n dan
gamet betina dari individu 2n. Gamet jantan bersifat 2n dan gamet betina bersifat
n. Jika kedua gamet tersebut bergabung maka zigot yang terbentuk dapat bersifat
3n. Organisme triploid umumnya bersifat steril. Organisme tersebut hanya dapat
diperbanyak secara aseksual.
Tipe penggandaan set kromosom dari hasil penyatuan gamet dinamakan
allopoliploidi. Tipe penggandaan set kromosom yang lain yaitu autopoliploidi.
Tipe penggandaan ini bukan merupakan hasil penyatuan gamet dari dua individu,
tetapi merupakan penggandaan set kromosom individu. Autopoliploidi dapat dipacu
dengan zat kimia, misalnya kolkisin. Pemberian kolkisin pada tanaman
menyebabkan penggandaan set kromosom pada suatu individu, misalnya dari 2n menjadi
3n, 4n, 5n, dan seterusnya.
b) Euploidi
Euploidi merupakan perubahan yang meliputi seperangkat genom, dimana
jumlah set kromosom individu merupakan kelipatan dari jumlah set kromosom dasar
(kromosom haploid). Artinya, perubahan kromosom menyebabkan berubahnya jumlah
set kromosom keseluruhan. Macam-macam euploidi, antara lain:
1. Monoploid
Monoploid
merupakan kromosom sel somatis dalam keadaan tunggal atau terdiri dari satu
perangkat kromosom saja. Kebanyakan organisme eukariotik bersifat diploid,
yaitu memiliki dua perangkat kromosom (2n) dalam sel somatisnya. Namun, ada beberapa
yang bersifat monoploid. Misalnya, lebah madu jantan yang tumbuh dari sel telur
yang tidak dibuahi (partenogenesis).
ii. Poliploid
Poliploid
merupakan keadaan organisme yang memiliki perangkat kromosom lebih dari tiga,
misalnya: tetraploid, heksaploid, oktaploid, dan sebagainya. Triploid merupakan
keadaan kromosom organisme yang memiliki 3 perangkat kromosom (3n) dalam sel
somatisnya. Individu triploid bersifat steril. Tetraploid, yaitu bila organisme
memiliki 4 perangkat kromosom (4n) dalam sel somatiknya. Individu tetraploid
biasanya bersifat fertil (subur atau mampu menghasilkan keturunan). Poliploid
banyak ditemukan pada tumbuhan dan jarang ditemukan pada hewan (letal).
Biasanya dimanfaatkan dalam bidang pertanian untuk menghasilkan tanaman dengan varietas
unggul. Contoh tanaman poliploid adalah 2/3 dari jenis rumput-rumputan dan
tanaman mawar (Rosa sp.).
iii. Aneuploidi
Aneuploidi
merupakan suatu keadaan keturunan yang mempunyai kromosom kurang atau lebih dari
jumlah kromosom induknya. Aneuploidi dapat terjadi karena hal berikut.
o
Anafase lage, yaitu tidak melekatnya kromatid pada gelendong
pada waktu anafase meiosis I sehingga kromatid tidak terpisah pada 2 kutub yang
berlainan. Keadaan ini menyebabkan kromatid terdapat lebih banyak pada salah satu
kutub pembelahan sehingga mempengaruhi jumlah kromosom setelah proses-proses
meiosis selesai. Hal ini berarti kromosom pada sel anakan yang satu lebih
banyak daripada sel anakan yang lain.
o
Nondisjunction (gagal berpisah), yaitu gagal
berpisahnya kromosom homolog pada waktu anafase dari meiosis I atau meiosis II.
Oleh karena kromosom tidak terpisah maka terdapat lebih banyak kromosom pada
sel anakan yang satu daripada yang lain setelah mengalami pemisahan.
B. Kelainan pada Manusia Akibat Mutasi
Aneuploidi adalah perubahan yang terjadi karena suatu individu mempunyai
kekurangan atau kelebihan kromosom dibandingkan dengan individu diploid normal.
Aneuploidi biasanya diakibatkan karena nondisjunction (gagal berpisah) dari satu
pasang kromosom homolog. Penghambatan berpisahnya kromosom pada saat pembelahan
sel dapat dilakukan dengan sengaja, yaitu melalui: induksi kolkisin, dapat
menghambat pembentukan spindel pembelahan; menggunakan suhu tinggi, misalnya
pada tanaman jagung; dan dapat pula dengan cara pemotongan tunas, sehingga pada
potongan tunas terjadi poliploid. Beberapa contoh aneuploidi antara lain:
1. Monosomi
Monosomi
terjadi pada individu yang kehilangan satu kromosom dalam satu perangkat
(2n-1). Pada wanita, kehilangan satu kromosom X pada gonosomnya akan
menyebabkan sindrom Turner. Oleh karena itu, kromosom kelaminnya hanya terdiri dari
satu kromosom X saja (XO). Salah satu kemungkinan penyebab terjadinya sindroma
Turner adalah adanya nondisjunction pada saat pembentukan sel telur (ovum).
Akibatnya, dihasilkan satu ovum tanpa kromosom X dan satu ovum yang terdiri
dari dua kromosom X (XX). Pertemuan antara sperma (haploid) yang mengandung
satu kromosom X dengan ovum tanpa kromosom X, membentuk zigot yang hanya mengandung
satu kromosom X saja.
2. Trisomi
Trisomi
terjadi pada individu yang mempunyai kelebihan satu kromosom dalam sel-selnya
(2n+1). Penyebabnya adalah nondisjunction pada saat induk mengalami
gametogenesis. Trisomi dapat terjadi pada autosom maupun pada gonosom. Beberapa
contoh trisomi gonosom pada manusia adalah sindrom Klinefelter (trisomi pada
kromosom X), sindrom tripel X, dan sindrom XYY (pria XYY). Sementara itu,
beberapa contoh dari trisomi autosom adalah sindrom Down (trisomi pada autosom
21), sindrom Ewards (trisomi pada autosom 18), sindrom Patau (trisomi pada
autosom 13).
a) Sindrom
Klinefelter
Individu
keturunan penderita sindrom ini dapat terjadi melalui fertilisasi dari sel
telur XX oleh spermatozoa Y atau dari sel telur X oleh spermatozoa XY.
b) Sindrom
Tripel X
Menurut
penelitian Jacobs, pada jaringan ovarium banyak sel-sel ovum
yang
mengandung kromosom XX. Oleh karena itu, sindrom tripel X terjadi karena adanya
gagal berpisah pada pembentukan gamet.
c) Sindrom XYY
(Pria XYY)
Individu
penderita ini terjadi akibat fertilisasi antara ovum X dengan spermatozoa hasil
gagal berpisah (YY). Zigot yang dihasilkan adalah XYY sehingga formulasi
kromosomnya adalah 47, XYY.
3. Nullisomi
Nullisomi
adalah individu yang kehilangan sepasang kromosom homolog (2 kromosom) dalam
sel-selnya (2n-2). Biasanya individu dengan sifat nullisomi mempunyai peluang
hidup yang sangat kecil.
4. Tetrasomi
Tetrasomi
terjadi pada individu yang mempunyai kelebihan 2 kromosom homolog dalam satu
genom (2n+2).
C. Implikasi
Mutasi dalam Kehidupan
Mutasi
merupakan penyebab adanya variasi genetik. Mutasi mempunyai dampak terhadap
sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat atau manusia. Tidak selamanya,
mutasi membawa dampak yang menguntungkan dalam kehidupan.
Mutasi dapat
pula mempunyai dampak yang merugikan.
1. Dampak
Positif Mutasi Buatan dan Mutasi Alami
Sebagian
besar peristiwa mutasi yang terjadi di alam ini adalah mutasi buatan, karena
mutasi alami merupakan peristiwa yang sangat jarang terjadi. Dewasa ini, mutasi
buatan telah banyak diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, terutama yang
berkaitan dengan rekayasa genetika dan penggunaan beberapa sinar bergelombang
pendek. Mutasi buatan dinilai lebih memberikan keuntungan dibanding mutasi
alami. Hal ini disebabkan, mutasi buatan merupakan kejadian yang dapat
direncanakan dan diprogram sebelumnya. Oleh karena itu, hasil yang diperoleh
sesuai dengan yang diinginkan dan berbagai kemungkinan yang tidak diharapkan
dapat diminimalkan. Adanya peristiwa mutasi menyebabkan dilakukannya penelitian
lebih lanjut. Akibatnya, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang.
Beberapa keuntungan dan hasil teknologi mutasi, yaitu:
a. Tanaman
Poliploid
Selain buah
tanpa biji, hasil mutasi buatan pada tumbuhan adalah tanaman poliploid. Pada
umumnya, tanaman poliploid berukuran lebih besar (buah atau bunganya) dan lebih
sehat. Misalnya, pada tanaman padi, gandum, bunga lili, bunga “snapdragon”, dan
kentang.
b. Keragaman
Fenotip Tanaman
Pada umumnya,
mutasi buatan sangat penting bagi kehidupan di bumi. Salah satunya adalah semakin
beranekaragamnya fenotip tanaman, melalui budidaya tanaman. Misalnya semangka
tanpa biji.
c. Varian Baru
Mutasi alami
dapat menghasilkan individu yang mempunyai sifat atau fenotip berbeda dengan
anggota spesies yang sama, namun tetap mempunyai kondisi yang sehat. Misalnya,
pada jenis ikan tertentu dan landak yang tidak berpigmen (albino) sehingga
warna tubuhnya berbeda dengan warna tubuh anggota spesies yang normal.
d. Pengembangan
Bioteknologi
Salah satu
upaya pengembangan bioteknologi adalah rekayasa genetika, yaitu melalui
penyisipan molekul DNA ke dalam sel. Mekanisme rekayasa genetika dan produk
yang dihasilkan akan dibahas lebih lanjut pada bab bioteknologi.
2. Dampak
Negatif Mutasi
Kalian
tentunya masih ingat, bahwa mutasi yang terjadi pada suatu organisme dapat
mengubah bahkan merusak susunan DNA. Mutasi yang terjadi secara alami
seringkali merugikan, baik bagi organisme yang menjadi mutan maupun lingkungan
sekitar yang ikut terpengaruh karena munculnya organisme baru.
a. Kematian
Mutan (Letal)
utasi alami
lebih berbahaya karena organisme mutan dapat mengalami kematian. Hal ini tidak
dapat dicegah, karena mutasi alami terjadi secara tiba-tiba dan acak. Artinya,
apabila mutasi terjadi pada suatu spesies maka tidak semua organisme dalam satu
spesies tersebut ikut mengalami perubahan, melainkan hanya salah satu atau
beberapa organisme saja. Peristiwa mutasi pada tingkat spesies seringkali
memunculkan varian baru dalam suatu spesies. Oleh karena itu, beberapa ahli
beranggapan bahwa mutasi merupakan sumber adanya evolusi (evolusi akan dibahas
pada bab berikutnya).
b. Kelainan,
Cacat, atau Sindrom
Mutasi buatan
melalui radiasi dapat pula memunculkan sifat-sifat yang tidak menguntungkan,
misalnya menyebabkan mutan cacat sejak lahir (terratogen). Kalian telah mengetahui
sebelumnya, bahwa domba berkaki pendek dapat dihasilkan melalui mutasi
germinal. Demikian juga pada manusia, mutasi alami menyebabkan adanya kelainan
atau sindrom yang merugikan.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar